Siapa bilang semakin sering membuka posisi trading pasti akan mendapatkan untung berlimpah? Jika manajemennya salah, justru akan muncul masalah yang dapat menghadang kesuksesan Anda. Seberapa sering sebenarnya trader harus membuka posisi agar bisa mendapatkan profit secara konsisten? Jawabannya sebenarnya cukup sederhana: semakin sering trading, semakin kompleks masalah yang akan dihadapi. Biaya trading akan terus membengkak, dan ternyata masih ada banyak masalah lain yang timbul akibat terlalu sering membuka posisi.
Semakin Sering Trading, Semakin Besar Resikonya
Pada dasarnya, setiap kali Anda membuka posisi trading, Anda telah menginvestasikan sebagian dari modal Anda sebagai jaminan (Margin) untuk memperoleh keuntungan di pasar Forex. Namun, hanya ada dua kemungkinan bagi setiap posisi trading yang masih terbuka: mendapat untung dari akumulasi poin positif atau mengalami kerugian karena akumulasi poin negatif.
Contoh kasusnya seperti ini: Budi membuka lima posisi trading di beberapa pair mayor setiap harinya tanpa menggunakan Stop Loss sama sekali. Asumsinya, modal awalnya adalah USD 1,000 di akun mini, dengan Win Rate sebesar 60% (di atas syarat Win Rate 55% untuk mempertahankan profit konsisten) dan Leverage maksimalnya 1:200. Meskipun pada pandangan awal, Win Rate-nya seharusnya cukup untuk memberikan keuntungan, namun setelah ditelusuri lebih lanjut, Budi malah mengalami kerugian setelah satu minggu trading.
Singkatnya, semakin banyak jumlah pembukaan posisi, semakin besar pula resiko yang harus ditanggung dalam trading.
Sering Trading Berpotensi Memicu Stres Berlebihan
Semakin banyak posisi trading yang dibuka, semakin besar pula kecemasan yang timbul karena harapan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Kebiasaan sering trading membuat Anda menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk memantau chart dan mengecek setiap posisi secara kompulsif. Satu posisi saja sudah cukup membuat trader pemula gusar jika harga bergerak di luar perkiraan, apalagi jika terdapat banyak posisi yang dibuka dalam waktu yang bersamaan.
Kecenderungan ini dapat mendorong praktik Overtrading, dimana trader mencoba untuk membalas posisi rugi dengan membuka posisi baru. Lama kelamaan, kebiasaan terlalu sering trading dapat menjerat trader hingga mengalami depresi.
Terlalu Sering Trading Justru Menghambat Profit Konsisten
Mendapatkan profit konsisten sebenarnya tidak memerlukan trader untuk sering trading. Menurut Nial Fuller, seorang trader Price Action profesional, diperlukan kesabaran untuk mendapatkan keuntungan besar dari satu posisi trading strategis. Trader harus menunggu sinyal konfirmasi berakurasi tinggi sebelum membuka posisi.
Namun, kebiasaan sering trading seringkali muncul dari ketidaksabaran trader untuk menunggu waktu yang tepat untuk membuka dan menutup posisi. Trader sering menutup posisi secara prematur sebelum harga mencapai target profit, atau bahkan membuka posisi baru berlawanan dengan posisi sebelumnya.
Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Sering Trading?
Untuk mengatasi efek negatif dari kebiasaan sering trading, langkah-langkah berikut bisa diterapkan:
- Ubah cara berpikir Anda, yakinilah bahwa profit konsisten bukan berasal dari jumlah posisi trading yang banyak. Satu posisi sudah cukup jika kualitas sinyalnya sudah terkonfirmasi dengan baik.
- Kurangi keinginan untuk membuka posisi baru sebelum posisi sebelumnya mencapai target profit atau terkena Stop Loss. Berikan waktu istirahat untuk pikiran Anda setelah menutup posisi, agar pikiran lebih segar untuk kesempatan trading berikutnya.
- Terapkan Money Management untuk mengatur setiap posisi. Dengan mengontrol risiko trading, Anda dapat meminimalkan kerugian dan meningkatkan kesempatan meraih profit konsisten.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat mengatasi kebiasaan sering trading yang dapat menghambat kesuksesan Anda dalam mencapai profit konsisten.